Jumat, 17 Juli 2009

PUSPA, KHAYALKU!

By: Gusti

Sahabat-sahabatku sedang sibuk merencanakan beberapa acara untuk persiapan pernikahanku minggu depan. Antusiasnya mereka. Arind, Dika, Aka dan Bayu, jadi lebih sering kerumah ku, untuk mendiskusikan semuanya bersama orang tua ku. Mereka sudahku anggap saudara sendiri. Bangganya memiliki sahabat seperti mereka.

“Gus, kalo menurutku yo, enak’e dirimu pake’ konsep garden party aja. Gak usah ada kowade. Jadi, kabeh bersifat minimalis dan......”kata Arind.
“Bener gus, kamu kan pengennya yang sederhana tapi berkesan.”potong Aka.
“Terserah kalian ajalah. Aku terima beresnya.”kata ku
“Ok bos, tenang aja. Di tangan kita, semuanya pasti beres.”kata mereka kompak.

“Terima kasih nak, kamu berulang kali dapat membahagiakan hati orang tua mu ini.”kata mama dengan wajah yang berbinar.
“Maafin papa yang sedikit keras soal pernikahanmu ini nak. Papa dan papanya Nadya teman akrab sejak SD. Waktu kami lulus kuliah, kami pernah berjanji untuk mempererat tali silaturrahmi ini dengan menjodohkan anak kami jika berlainan jenis. Dan janji itu dapat kami penuhi hari ini, dengan cara menikahkan kamu dengan Nadya. Papa ucapin terima kasih, papa bangga terhadap mu nak, akhirnya kamu mau menerima perjodohan ini.” tambah papa.




Tak tahu apa yang akan aku lakukan. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan. Anggukan berat dan sedikit senyum simpulku, mungkin dapat mewakili jawaban ku untuk sementara. Karena, semua pemberontakan-pemberontakan yang aku lakukan sejak awal, terasa percuma saja. Papa selalu mengancam ku untuk tidak membiayai hidup ku, jika aku tidak memenuhi permintaannya. Bahkan sekolah pun, mungkin aku tak akan pernah bisa mengecamnya, jika seandainya dari awal aku hanya menuruti ego ku sendiri untuk berontak dan jika aku tak memenuhi permintaan mereka pada waktu itu. Aku larut dalam kegalauan ku sendiri. Aku mencoba berpikir keras, meskipun pada waktu itu belum waktunya ku memikirkan masalah seberat ini. Berpikir antara masa depan yang cerah atau kebebasan ku sebagai manusia. Dalam kagamangan jiwa yang kacau, akhirnya aku putuskan. Aku pasrah. Aku turuti semua kehendak orang tua. Aku tak mau mengecewakan mereka. Aku ingin terus membahagiakan mereka. Meskipun nyawa dan kebahagiaan ku sebagai taruhannya untuk aku korbankan.
***
Pagi yang cerah. Tapi badan ku masih sedikit lelah. handphone-ku memerik singkat. Ada sms masuk. Kubuka. Dari Nadya, calon istri ku nanti. Dia mengingatkan ku tentang janji ku untuk memesan kartu undangan pernikahan, jam 08:00 pagi katanya, tapi dia tak bisa menemani karena ada rapat dikantornya. Ya, terima kasih. Ku balas dengan seadanya. Khekh.....sebenernya aku ingin dengan sengaja melupakan janji itu. Dengan harapan, sedikit memolor waktu pernikahan. Tapi ternyata, Nadya memang orang yang selalu prepare dan ingat dengan segala sesuatunya.
Jam 08:55 ku sampai di lokasi. Lumayan profesional tempatnya. Kantor ini besar tapi dengan interior yang minimalis. Di sudut depan, ada empat sofa sebagai tempat tunggu, dan tak jauh di seberang, ada resepsionist anggun dengan wajah yang selalu tersenyum. Aku menghampirinya.
“Selamat datang. Ada yang bisa kami bantu?” ucapnya dengan sopan.
“Ya. Saya ingin bertemu dengan Ibu Subekti. Saya Gusti, tempo hari saya sudah buat janji dengan beliau. Apa beliau ada?” tanya ku kemudian.
“Sebentar ya pak..” gadis itu sambil mengangkat gagang telefon, ku baca tanda pengenal yang melekat pada dada sebeleh kanan nya. Sherly. Tak lama kemudian,”Ya pak, bapak sudah ditunggu di ruangannya. Silahkan, disebelah sana.”
“Terima kasih”, lanjut ku sambil melangkah ke ruangan itu.

Meskipun masih pagi, Surabaya terasa begitu panas dan terik. Pendingin ruangan pun seakan tak mampu mengusir panasnya. Ku sampai di ruangan itu. Aku masuk. Ku nikmati sebentar ruangan itu, karena memang kliatannya tak ada orang sama sekali. Interiornya tak jauh berbeda dengan ruangan-ruangan sebelumnya yang sudah aku lewati. Konsep minimalis. Aku suka akan kesederhanaan. Aku suka gaya interior ini. Kemudian, wanita itu keluar dari sebuah ruangan. Toilet.

“Maaf, menunggu lama....”kata wanita itu.
“Tidak apa-apa. Maaf juga, sudah membuat Ibu menunggu lama.” Suara ku sambil menjabat tangannya.
“Tidak masalah. Saya maklum, mungkin jam segini, jalanan masih macet. Baik....bagaimana pak, kita mulai diskusi kita tentang konsep undangan yang bapak maksud kemarin........”
Bla, bla, bla, bla, bla.......

Aku berdiskusi habis-habisan dengannya. Karyanya sangat profesional. Tidak salah kalau Nadya memilih tempat ini. Tempat ini memiliki banyak pelanggan. Aku yakin, karya sebagus ini dan pelayanan seramah ini, mungkin sudah banyak pelanggan yang memesan berbagai surat undangan. Kami terus berdiskusi. Sedikit obrolan ringan juga. Tentang bagaimana hidup berumah tangga itu. Ku hormati beliau, meski ku tak suka dengan pernikahan ini, tapi kata-katanya memberi gambaran tentang suatu kehidupan baru yang akan aku lalui seminggu lagi. Terlalu lama kami mengobrol, tanpa terasa kartu nama kita telah bertukar tempat. Aku sudahi pembicaraan ini,”Baik. Terima kasih atas semuanya. Untuk selanjutnya, saya diskusikan terlebih dahulu dengan calon istri saya”,aku sambil menjabat tangannya dengan membawa beberapa contoh kartu undangan.

Aku tak tahu harus bagaimana menyikapi perasaan ku hari ini. Harus bahagiakah karena semua urusan undangan sudah selesai, hanya tinggal menunggu keputusan dari Nadya. Atau aku harus kembali tertekan dengan kenyataan bahwa ku akan segera menikah dengan nya, dengan Nadya???

Aku kearah mobil. Mencari laptop untuk segera mengirim hasilnya. Tapi mana laptop ku? Ach....mungkin aku lupa tak membawanya. Ya, ku lihat, ada warnet di sebelah kantor itu. Ku kesana sebentar. Ku buka email ku. Beres, terkirim sudah.
Nadya seorang pekerja keras. Mungkin akan lama dia membalas email-ku. Ku buka saja program chating. Khekh....sudah lama juga ku tak bermain-main dengan dunia maya ini. “Gusti”. ID tetap ku. Aku lupa dengan semua teman mayaku. Tak lama kemudian, ada yang masuk. Gayanya saja dia salah masuk nick di chat. Basa-basi sebentar.
: mas, mas yg jga warnet ne kan? Tlg print-kan file sy mas
: ko’ diem mas?
: ngawur. Slh org kalee....
: upts...sry, g sgj. Maaf ya......^_^
: enk j lgsg mnt mf!!
: ya quh hrs gmn cb?! Quh slh, y quh mnt mf....mf, quh slh org.....
................................
Bla bla bla bla......

Ach....
Basa-basi sebentar. Seperti biasa, pertanyaanku standar-standar saja. Cuma sekitar nama lengkap, umur, masih sekolah, kuliah atau dah kerja, dan yang paling penting status (udah punya pasangan belum).
GOOD!! Akhirnya, aku dapat identitas lengkapnya:

Dia Puspa Asih Karunianing Gusti, 19 f*. Masih sekolah. Di SMA 3 Jaya, kelas 3 IPA . Alamat : Jln A. Yani 1b, no:5. Status : Jomblo.

Sekarang giliran aku. Aku tulis semua tentang identitas lengkapku, sama seperti jawaban yang ia kasih buatku, tentang identitas lengkapnya. Tapi, untuk status, aku bilang, aku masih jomblo. Nomer handphone kita juga sudah bertukar tempat, dan udah aku save nomernya. Aku Off duluan setelah aku mendapatkan balasan email dari Nadya. Aku puas ngobrol dengan Puspa tentang suatu hal yang kebanyakan tak penting. Memang tak penting. Memang.
: aku Off duluan yo? masih ada janji ma temen2 buat nongkrong. Kita lanjutin bsk aja, OK?
OK! CU bsk yach????? :)

***
Di lain waktu, ketika aku di rumah ku di daerah Jember.
Aku masih tetap komunikasi dengannya, Puspa. Sering malah. Kami sedikit meluangkan waktu, bertemu meski sekedar melepas lelah di sebuah lesehan. Nadya mulai sedikit curiga dengan kebiasaan baru ku yang selalu meluangkan waktu soreku untuk nongkrong di Pujasera. Tempat jajanan terlengkap di Kota Jember.
“Mo kemana beibz?”kata Nadya. Dia baru saja masuk rumahku. Bertandang kerumah meski sebentar, sudah termasuk ritual wajibnya jika sepulang kerja. Wajahnya tampak capek dengan kegiatan di kantor, tapi hebat, dia masih terlihat cantik dan anggun.
“Beibz..., Kok diem? Mo kemana????”ulang dia.
“Ekh....ini lho, ekh....mo kluar bentar. Ke Pujasera. Ada sesuatu yang pengen ku beli. Kamu pasti capek kan? Sana gih, istirahat dulu. Oh ya, udah di tunggu mama papa di ruang tengah tuch. Aku, berangkat dulu. Assalamualaikum!”
“Ockh ya, wa’alaikumsalam. Ati-ati beibz!”(aneh, napa jadi sering ke Pujasera?). Nadya menggerutu, sambil beranjak pergi menemui mama papa di ruang tengah.
***
Dua kali sudah pertemuan kami. Aku dan Puspa. Kali ini kita lebih banyak membahas kepribadian kita masing-masing. Aku juga jadi lebih sering menelfonnya, meski sekedar ingin tahu sedang apa dia pada saat itu. Mengirim SMS, untuk sekedar mengingatkannya makan, juga istirahat. Dia romantis. Meskipun sering sikap jaimnya yang dia perlihatkan. Aku suka gaya itu. Aku suka gayanya saat memperhatikan ku. Meskipun hanya sekedar SMS, atau gaya jaimnya. Lalu, perasaan apa ini? Apa ini yang dinamakan cinta? Cinta dimana kita dibuat nyaman olehnya. Cinta dimana kita dapat mewarnai hari-hari tanpa ragu? Entahlah, karena baru dengannya, aku dapat merasakan semua yang aku ingin dan impikan selama ini. Puspa.....aku tergila akan mu. Aku jadi terpenjara dalam perhatian mu. Aku keracunan jiwa mu, terbiasa akan perhatian lebih mu. Aku kagum akan sosok mu yang dewasa meski kau hanya siswa SMA yang kebanyakan belum saatnya kau dewasa.
Puspa......mengapa semakin lama, kau semakin hangat kepada ku? Aku jadi terikat erat oleh hangat perhatian mu. Tak dapat lepas dari kebiasaan mu. Dan tak mau lepas dari kebiasaan perhatian mu itu. Tapi aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku tak banyak berbuat pada mu. Karna ada Nadya di sana. Pilihan orang tua, yang gak tak pernah bisa aku tolak kedatangannya.
***
Baik, aku memilih kamu Puspa. Tapi hanya khayalan saja, karena aku tak mungkin bisa meninggalkan Nadya. Karena jika hal itu terjadi, hancurlah aku, masa depanku. Bahkan mungkin, aku akan kehilangan mereka sebagai orang tua ku.
Aku memang egois. Aku egois!
Hari ini, tepat tanggal 04 Nov 2008, aku beranikan diri untuk ungkapkan tentang semua perasaan ku padanya. Dia diam sejenak, kami terhanyut oleh suasana yang penuh rasa berdebar. Seperti halnya menunggu bom waktu yang akan meledak di jantung kota Amerika. Hening. Sepi. Ach, dia menjawab. Dia..........Menolak. Menolak tapi dengan rasa berat. Seperti terpaksa mengeluarkan alasan, yang sebenarnya alasan itu logis, dan masuk akal. Dia.........dia takut akan orang tuanya, orang tuanya melarang dia untuk berpacaran atau bahkan hanya untuk sekedar mengenal sosok laki-laki. Dan aku, termasuk orang yang dimaksud papanya itu. Aku benci dengan keadaan seperti ini. Keadaan dimana aku kalah oleh suatu situasi dan alasan logis. Baik, aku terima alasannya. Aku beri sedikit pengertian padanya,....”Ya udah, gak pa-pa, aku ngerti posisi mu. Harusnya kita memang.....”.kata-kata ku terputus.
“.......tapi aku udah ngerasa nyaman ma kamu, Gusti...”potong Puspa.
“Trus gemana? Aku gak bisa berbuat banyak. Bener juga kata papa mu. Kamu mestinya konsen dulu dengan pelajaran mu. Apalagi, sebentar lagi kamu ujian akhir. Kamu harus lulus. Sedangkan aku?! Aku apa? Aku bukan siapa-siapa. Aku orang yang gak jelas. Aku orang yang suka hidup di dunia khayal. Kenal kamu, juga dari dunia maya. Aku gak mau kamu terbawa arus yang gak jelas gini. Ngenal dan berteman dengan ku, orang yang gak jelas. Aku gak mau kamu gak lulus cuma gara-gara aku. Dan....”kata-kata ku terpotong lagi.
“.....dan aku gak bisa Gusti???? Aku udah terbiasa ma kamu. Aku gak mau kamu pergi. Aku sayang kamu. Sekarang aku gak peduli. Mo diceramahin papa, mo backstreet, mo umur mu tinggal esok, 2jam, ato sedetik lagi. Aku dah nyaman ma kamu. Aku gak mau kamu pergi...”
“Tapi.....”aku potong ocehannya.
“....Gusti....”
Aku diam. Matanya memandang ku penuh harap dan iba. Air mata seakan tak surut dari muara itu. Aku usap air mata itu. Ku coba tenangkan hatinya. Aku tarik nafas. Aku hela panjang-panjang alur lembut kisah ini.
“Puspa.....
.......Puspa, Okey! Baik! Ya udah! Kalo gitu mau mu, OK, kita jalani saja hubungan ini. Biarkan hubungan ini mengalir sesuai dengan perasaan kita. Perasaan yang sebenarnya dan yang tak dapat kita bohongi. Sekarang, kamu harus janji, kamu harus belajar yang rajin ya sayank..... aku pengen kamu sukses".
Angguk ia perlahan "......Udah, jangan sedih lagi ya? Ayo, semangat! Buktikan ma mereka kalo kamu bisa jalani ini tanpa mengganggu konsentrasi belajar mu!"
"Puspa....aku sayank kamu.....” Peluk hangat ku sesaat untuk mengakhiri pembahasan kita.
***
Satu minggu aku dan Puspa lalui hubungan maya ini. Aku semakin gila dibuatnya. Hubungan ini tak boleh dilanjutkan. Bagaimana dengan Nadya? Bagaimana kalau semua orang tahu tentang ini? Hubungan ini tak boleh ku lanjutkan. Tapi aku juga tak bisa menutup semua perasaan ini. Aku merasa nyaman bersamanya. Bersama Puspa dunia khayal ku. Lalu Nadya? Bagaimana caranya ku perlakukan dia? Dia baik terhadap ku. Sedangkan aku?! Sampai saat inipun, ku tak ingin bersamanya. Bersama Nadya. Aku tak merasa nyaman bersamanya. Pernikahan ini hanya demi kebahagiaan orang tuaku saja. Apa yang harus aku lakukan? Egoiskah aku terhadap Puspa???
Ach....aku, aku lelah dengan hidup yang seperti ini. Siapa aku saja, ku tak tahu. Benar kata sahabat-sahabatku, kalau aku hanyalah seorang pecundang. Pecundang yang tak dapat berbuat apa-apa demi kebahagiaan hidupku sendiri. Hidupku dimonopoli oleh kedua orang tuaku sejak kecil. Sejak kecil, aku dijodohkan dengan seseorang yang tak pernah ku duga sebelumnya. Ya, Nadya. Sosok wanita karier yang dapat membius kedua orang tuaku selama ini.
***
Bulan lalu aku wisuda S1 dengan nilai cumload. Dan alhamdulilah, aku bisa diterima menjadi dosen di salah satu Universitas swasta di Malang. Awalnya, aku hanya seorang asisten dosen biasa. Dan mungkin juga karena aku termasuk warga lama di fakultas itu, akhirnya untuk dua bulan ke depan ini, aku mendapat sedikit kebijakan dari pihak fakultas, untuk mengurus semua persiapan pernikahan ku.
***
Hari ini, 11 Nov 2008 pernikahanku. Dari pagi hari, aku telah disibukkan dengan acara akad nikah. Aku semakin larut dalam kebimbangan. Aku pasrah. Aku bingung. Akhirnya, setelah beberapa hari aku berkecamuk dengan perasaan ini, aku putuskan. Dan aku putuskan untuk mengakhiri cerita maya yang kacau ini, yang ku lalui bersama Puspa. Baik!! SMS! Dan aku harus mengahiri cerita maya ini!

Aku: “Yank, q g tw hrs mlai dr mn ngmng ne ma km. Aq bingung. Aq g bs nutupi smw ni ma km. Cz kMgknN lama2 km bkl tw. Ehm...mf Puspa....jujur, sbnrx aq udah px Nadya. N parahx lg, hr ne qt nikah.”
Aku: “ Yank, mf.....aq slh. Aq dh bwt km spti ne. Dh bwt km hxut dg ksh syg yg maya ini. Yank, makasih bwt smwx y? Mkasih bwt syg mu, mskpn hanya dlm khayal. Tp aq nyaman bersama mu, cz km Puspa. Khayal ku. Aq mau, km bs mf’n aq.
Aku: “Anggp aq sm spti abang mu. Dan...”
Puspa: “Ya ya ya, ku ngerti. Hahahahaha,,,, ku suka gaya lo,,hahahahaha.ok?”
Aku: “ ..... “

Aku semakin bingung. Antara Puspa, dunia khayalku yang memberi kebahagiaan, atau Nadya masa depanku kini yang jauh memiliki rahasia kebahagiaan meski sedikit tak indah pada awalnya.

Oh Tuhan......apa keputusan ku ini sudah tepat buat semua orang? Gemana dengan perasaan Puspa saat ini? Aku tau, dia pasti sakit. Tak seharusnya aku buat dia seperti ini. Tak seharusnya juga kata-kata ku seperti itu satu minggu yang lalu. Aku tahu, jawaban Puspa itu tak keluar ikhlas dari hatinya.
“Beibz, kamu kenapa?”suara lembut Nadya menyapa.
"Okh, gak, gak pa-pa.”jawab ku.
“Sepertinya ada SMS. Dari siapa?”lanjut Nadya.
“Hm...., dari Puspa, temen SD ku dulu. Tau nech, tumben-tumbennya dia SMS.”
“Okh....... Puspa ya?! Napa kamu gak pernah cerita tentang dia beibz? Undang aja sekalian. Itung-itung reuni juga kan?”
“He.....iya, aku udah bilang ma dia. Tapi dia gak bisa. Masih sibuk ma pekerjaannya yang sekarang tuch. Ya udahlah, napa jadi bahas dia sich. Yuck, undangan udah pada nunggu kita tuch di depan.”
***
Sudah dua bulan pernikahan ku. Istriku hamil. Baru berumur satu minggu. Senang sekali rasanya bisa melihat mereka bahagia. Tak terlukiskan rasa senang mereka setelah mendengar berita ini.
---
Puspa???? Aku tak pernah lagi dengar tentangnya. Semenjak aku memutuskan hubungan dengannya, dengan Puspa. Gadis dewasa yang menemaniku selama seminggu, dalam dunia khayalku. Egoisku, aku memilih hidup bahagia bersama Nadya, yang mungkin masa depan kebahagiaan yang cerah...untuk selama-lamanya.

Hm....., walau sementara, Puspa mampu memberi arti indah dalam hidupku.

Dimana Puspa sekarang? Bagaimana kabarnya? Siapa laki-laki beruntung yang menemaninya sekarang?
***
Hari ini, entah perasaan apa yang mendorongku, hingga aku teramat sangat ingin membuka alamat email rahasia ku.
Hah!!!!!banyak email dari Puspa. Sejak itu. Sejak pernikahan ku. Ya, email ini sejak tanggal 11 November kemarin. Tanpa henti dia ungkapin perasaannya....


11 November 2008:
09.32: “Aku ini Cuma cewek bodoh, gila, idiot, munafik, dudung, mamonk, nambeng, pecicilan, suka ngelanggar, suka ngebantah omongannya ortu. Kamu tau, aku sakit. Empedu ku bengkak. Parah. Aku gak bisa lepas dari obat. Jadi, benar apa kata mu. Kita memang harus sudahi hubungan ini.”
###
13.15: “Sempet ku berpikir, dia bener. Apa yang diungkapin bener. Aku gak bisa selamanya ngrasa seseneng ini. Ku gak bisa selamanya ngejalani hubungan ini. Dia bener, kalo suatu hari, entah kapan. Aku atau kamu bakal kehilangan satu diantaranya. Sekarang dipikiran ku, Cuma takut akan kehilangan mu dan ku takut buat ninggalin kamu. Jika salah satu diantara kita gak ada. Berarti berakhir sudah hubungan ini. Kenyataan itu kejam! Pernahkah kamu memikirkannya? Gak pernah.”
###
18.30: “Aku takut. Ku takut semakin ku ikut permainan ini, semakin ku merespon, semakin ku mengikuti, semakin ku menjalani, semakin ku terbayang tentang kata-katanya, dan semakin pula ku merasa bersalah. Sampai akhirnya, semakin pula ku merasa tekut. Takut buat ninggalin kamu.”
12 November 2008
06.00: “Gak bisa aku ngerubah semuanya!!!! Ku benci mengakui??!!”
###
09.44: “Hadah,,,,apaan???!! Beugh... Teu gak seh, aku tu benci ngakui nek aku tu suka ma kamu.”
###
13.25: “Kalian tu bertahta pada tempat yang sama. Gak ada yang salah. Kamu gak pernah salah. Sebenernya aku yang salah. Aku yang buat semua bingung. Karena kalian berada di tempat yang sama dalam hidup ku. Malez ku buat semangat. Punggung ku menggila. Lupa gak minum obat.
Gak bisa ku ngilangin rasa suka ku buat kamu. Hm........andai dari awal ku gak ikut permainan ini, pasti aku gak kayak gini. Gak suka ku jujur pada mu. Tapi, ku gak bisa bohong!!!!! Ancriiittt....!!!
Yang ku tau, kau selalu sejukkan hati ku. Yang aku tau, kau selalu ada di saat ku membutuhkan mu. Kau selalu ada di saat ku rapuh,,, by: d’masiv_aku percaya kamu. Mungkin emang bener hantu mu bilang. Orang yang egois kayak aku, pengennya miliki kamu ma Guna. Tapi sebenernya aku sadar, ku Cuma bisa dapet Guna. Bukan dapet kamu. Karna kamu milik dia.”
13 November 2008:
09.25:“Maaf Gus, maafin aku dah buat kamu kayak gini. Maaf, gak maksud aku merusak hari mu. Mungkin memang bener kata mu, lebih baek kita gak usah berhubungan lagi. Meski sebenarnya ku berat, tapi ku kudu ngelakuin ini. Thanks banget dah buat aku semangat buat hidup, ngerti arti hidup, ngerasain rasa kasih bukan dari Guna, ngerasain sayang bukan buat Guna, ngerasain cuek bukan buat Guna, minum obat bukan demi Guna, nuruti omongan orang bukan karena mami ku. Makasih buat hm......seminggu ini, dah ubah aku jadi lebih nurut ma ortu, abang dan Guna. Meski itu semua Cuma demi KAMU. Thanks buat semuanya, Gusti...”
###
09.44: “Hari ini ku kontrol. Mungkin ntar pulang skul gitu. Doain ya?? Doain laporannya lulus bae’,hehehe...”
###
09.55: “Gak bisa ku..... gak bisa ku nrima kalo kamu abang ku!!!
Gak mau ku..... pokoknya ku gak mau!!! Ku gak mau kalo aku kehilangan kamu!!!
Gak mau ku..... pokoknya ku gak mau!!! Ku gak mau kalo aku kehilangan kamu!!!”
###
13.25: “Yang namanya pecundang, ya pecundang!! Gak bakal berubah!! Makasih dah ngerti aku,,,,
Makasih, kamu dah ngerti aku........dengan alamat email mu ini, yang bakal jadi kenangan terindahku, selamnya”





Kenapa ini. Ada apa dengan Puspa? Empedunya? Bengkak? Mengapa ia tak pernah bercerita tentang ini? Ach......Puspa....., maaf.........maafin aku dengan segala perbuatanku. Kau benar. Aku pecundang. Aku tak dapat berbuat apa-apa dengan keadaan yang ada. Aku pecundang. Maafin aku Puspa...., aku salah..... Tapi mengapa kau tak pernah ungkapkan penyakit mu itu? Mengapa kau tak jujur padaku? Jujur, aku tak dapat menyakiti hatimu. Puspa....kau tetap dunia khayalku yang indah...., meskipun kini aku tak bisa dan tak dapat lagi bersama mu. Khayalku.
Maafkan aku sayank.....
SELAMAT TINGGAL PUSPA.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerah sang masa depan karena komentar, jadi........kasih masukan ya?????