Senin, 24 Agustus 2009

JENUH!!

By : gusti n' Fatim



Saat berkumpul di kantin kantor, waktu istirahat makan siang………
Diantara teman-temanku, yang mendengarkan celotehanku, hanya dia yang paling antusias mendengarkan. Saat terik tepat berada di atas kepalaku, dia mau berkeringat demi aku. Saat aku butuh, dia ada untukku. Aku sering memergokinya diam-diam memperhatikan tingkah polaku…
Semua aku pendam sendiri. Tak ku biarkan mulutku bercerita pada yang lain. seandainya dia merasakan apa yang aku rasakan?, TIDAK! Aku tak boleh merasakan apa-apa… aku tau cicin cantik tlah melingkar di jari manisnya. Aku tak bisa menggambarkan apa yang menarik darinya, apa kelebihannya, apa pula yang membuatku kagum padanya. Cesa, teman-teman kantor biasa memanggilku, kependekan dari nama panjangku Cecilia Sahab.
Tadi sepulang dari kantor, untuk pertama kalinya aku berada dekat dibalik punggungnya, untuk pertama kalinya aku ikut merasakan bagaimana dia mengatur kecepatan kemudi motornya. Tak ada suara, baik aku atau dia.
Hmm… aku terus menarik nafas. Aku berharap, semoga dia tak merasakan detak yang terus berlomba saat aku berada di dekatnya.





***
11.15, saat-saat yang paling ditunggu para karyawan kantor, waktu shalat dhuhur dan saatnya mengisi perut setelah setengah hari menguras tenaga demi upah yang tak seberapa. Kantin kantor saat ini sepi. Seli yang biasa menemaniku, hari ini bolos kerja.
“ siang mbak Cesa!!!” sapa satpam kantor yang sedang menyantap semangkuk bakso di kantin kantor.
“ siang…” balasku.
“ sendiri aja?, yang lain mana?” sapa satpam yang lain. Satpam di kantorku kan banyak, jadi aku gak bisa ngenali satu persatu, yang aku kenal hanya Pak Jono, karena beliau satpam senior di kantor ini.
“ lagi pada shalat kali pak!” jawabku.
Aku mamilih tempat dekat jendela, kali ini aku sendiri. Seperti biasa, frestea dingin selalu menemani istirahat siangku.
“ hi…. Cesa!”
“ Dimas……?!”
Laki-laki yang akhir-akhir ini menyita perhatianku sekarang duduk tepat di hadapanku. CESA TENANG!!. Seruku dalam hati. Kulirik cincin di jari manisnya.
“ kenapa?” Tanya Dimas.
“ mmm… gak pa-pa”
Aduhhhh…. Kenapa mesti gugup kayak gini sich?. Cesa, dia yang sering perhatiin kamu, dia yang sering meninggalkan meja kerjanya hanya untuk sekedar menyapamu, dia yang sering menawarkan untuk mengantarmu pulang. Harusnya bukan Cesa yang gugup, tapi dia.
“ kapan?” entah dari mana tiba-tiba muncul pertanyaan aneh dari mulutku.
“ kapan? Maksudnya?” Tanya Dimas tak mengerti.
“ tuh…” jawaku sambil menunjuk jari manisnya.
“ ooh… belum, ngumpulin duit dulu” jawabnya tersenyum.
“ udah lama?”
“ 2 tahun”
“ temen kuliah?”
Dimas menggeleng…
“ tetangga?”
Kembali menggeleng…
“ trus?”
“ temen TK!”
Hahahahaha…..kita terbahak tanpa memperhatikan kantin yang mulai ramai.
“ serius? Jangan becanda ach!” tanyaku.
“ yap!”
-waktu istirahat selesai-
Aku tetap merasakan perbedaan. Walaupun tak ada yang special, sifat jail yang dia punya terus menghinoptisku.
***
Lama-lama aku jenuh dengan perasaan indah ini. Indah yang ku rasakan tak kunjung temukan jawaba, aku tak boleh lengah, harap ini harus segera ku hilangkan.




***
Kini, dijari manisku tlah melingkar pula cincin pemberian Noe. Laki-laki yang baru aku kenal 5 bulan yang lalu. Singkat memang, tapi dia berani berikan kepastian bahwa akulah wanita pilihan yang akan mendampingi sisa hidupnya.
9 September kami pilih sebagai hari dimana Noe akan membacakan ijab sembari menjabat tangan papa. Dan hari itu pula aku mendapat kabar, Dimas juga mengucap ijab, untuk mempersunting teman semasa TKnya.